CINTA TUMBUH SETELAH DIJODOHKAN

CINTA TUMBUH SETELAH DIJODOHKAN

Diskusinya boleh kok dilanjutkan di blog ini ..


Kamu percaya nggak kalau cinta kepada pasangan yg dijodohkan orangtua kita itu bisa tumbuh seiring dengan berjalannya waktu.
Saat kita menentang upaya penjodohan itu orangtua kita malah berdalih bahwa banyak pasangan yang akhirnya memiliki anak setelah mereka dijodohkan. Hemh, kalau sudah begini di mana letak cinta sejati itu?
Bagaimana menurut pendapatmu?
· · · 29 Maret pukul 16:53 melalui seluler

MENDING JADI PENYANYI ATAU PENULIS YA?

MENDING JADI PENYANYI ATAU PENULIS YA?

Sebenarnya mending menjadi penyanyi atau penulis sih?
· · · · Sabtu pukul 1:15

Melukis Dunia - Ery El-Himmah


Melukis Dunia Dalam Kata
Author: Muhammad Ery Zulfian
Price: Rp. 33.000,-
Category: Kumpulan Artikel
Publisher: K3JU publishing

Suka membaca artikel?
Singkat tapi berisi...
Tidak membuat sakit kepala...
Dan yang pasti ilmunya luar biasa...

Bismillah...
Coba nikmati yang satu ini, Kumpulan 55 Artikel Pilihan Muhammad Ery Zulfian yang pernah diterbitkan oleh Surat Kabar Harian Radar Banjarmasin. Kini ada dalam satu kemasan buku berjudul MELUKIS DUNIA DALAM KATA.

Menyuguhkan berbagai macam topik atau masalah yang ada di Negeri Indonesia, seperti masalah masyarakat, sosial budaya, pendidikan, ekonomi, politik, dunia tulis menulis dan agama. Tak luput juga penulis memaparkan sedikit ilmu dalam bidang yang sekarang ia geluti, yaitu geofisika. Semoga buku ini bermanfaat.


Pemesanan buku melalui sms ke  087814678772
Harga belum termasuk ongkir


Cinta Bersulam Noda - Ery El-Himmah


Cinta Bersulam Noda
Author: Muhammad Ery Zulfian, Rizkina YUlianti, Auni Nafeesah
Price: Rp. 33.000,-
Category: Kumpulan Cerpen
Publisher: K3JU publishing

Bagaimana ceritanya bila dua orang sahabat saling bentrok untuk menyukai seorang gadis anak kiai pesantren? Apa mereka menjadi musuhan setelah itu dan terpaksa menghilangkan rasa persahabatan yang pernah dipupuk sejak SMP dulu? Yang satu adalah seorang santri, sedangkan yang satunya lagi berkelakuan bengal. Manakah yang akan dipilih oleh anak kiai pesantren itu? Temukan ceritanya di buku ini. Selain itu juga, anda akan menikmati goresan pena lainnya dari Muhammad Ery Zulfian, Rizkina Yulianti dan Auni Nafeesah. Segera dapatkan buku ini, tunggu apa lagi. Dijamin ilmunya nendang. Berani mencoba?


Pemesanan buku melalui sms ke  087814678772
Harga belum termasuk ongkir


Oleh: El-Himmah Production


Sang Pengelana - Ery El-Himmah


SANG PENGELANA
Author: Muhammad Ery Zulfian
Price: Rp. 33.000,-
Category: Kumpulan Puisi
Publisher: K3JU publishing

Sang Pengelana adalah buku kumpulan puisi dari Muhammad Ery Zulfian, di mana Sang Pengelana termasuk dalam salah satu judul puisi. Beberapa puisi pernah diterbitkan oleh Surat Kabar Harian lokal di Kalimantan Selatan. Apalah arti sebuah puisi, diam-diam ia menggelayuti semua organ tubuh kita, lalu menyerangnya sambil berkata, “IKUTLAH BERKELANA DENGANKU!”



Pemesanan buku melalui sms ke  087814678772
Harga belum termasuk ongkir




Buku-buku Karya Sahabat Pustaka Inspirasiku

Ternyata member grup dan blog Pustaka Inspirasiku berikut sudah pernah menerbitkan buku. Nggak percaya? baca aja sinopsis buku-buku karya mereka berikut :

Petra Shandi - Cattelya
Ery El-Himmah - Melukis Dunia
Ery El-Himmah - Cinta Bersulam Noda
Ery El-Himmah - Sang Pengelana


Miliki buku-buku karya mereka dengan memesan langsung kepada penulisnya ataupun melalui web yang tercantum dalam setiap sinopsis buku.


Cattellya - Petra Shandi



Judul Buku: Cattellya

Penerbit Leutika Prio ,
ISBN : 978-602-225-207-8
Terbit : Desember 2011
Tebal : 136 halaman
Harga : Rp. 32.900,00

Cinta adalah anugerah terindah, tumbuh tanpa skenario dan "brakkk..." terjadi seperti tabrakan, tiba-tiba ia sudah menjadi raja di hati. Apakah yang lebih indah selain saat kasmaran dimabuk cinta? Namun cinta dalam kisah Cattelya dan Fabian, tumbuh dalam kesucian dan putih hati walau harus jatuh bangun mempertahankan dan memperjuangkannya. Apakah kamu sedang jatuh cinta? Lengkapi dengan buku manis ini. (Joni Lis Efendi, Penulis buku dan novel, Direktur Writing Revolution)

Kompilasi yang manis antara realis imajinatif dan psikososial dalam Novelet Cattleya dan Fabian. Novelet ini menceritakan tentang kemelut batin yang dialami tokoh Fabian dan Arbi. Pergulatan atau konflik batin dalam Novelet ini memang sangat kental. Narasi pada tengah-tengah cerita menghadapkan kita pada fenomena yang pada umumnya dialami masyarakat. Sebuah konflik pada sebuah hubungan keluarga yang terlampau jauh. Perefleksian masalah ini adalah sebuah nilai plus bagi pengarang. Refleksi sebuah realitas sosial yang dituangkan dengan alunan teks-teks yang bersatu padu. Sebagai mediasi bagi pengarang untuk berbagi cerita yang diperolehnya. Novelet yang di tulis oleh Petra Shandi berisi refleksi realitas sosial yang sering dijumpai dalam masyarakat sehingga membuat siapa saja yang membacanya akan lebih peka terhadap realitas kehidupan. (Hylla Shane Gerhana ,Analyst, Cerpenis dan Pecinta Sastra.)

Membaca Cattelya, siapkan hati kita untuk dibawa mengarungi sebuah perjalanan hidup yang syarat makna. Perjalanan insan yang menyadarkan dan mengajak berpikir, bahwa suatu saat tidak menutup kemungkinan kita lah yang akan berperan dan memerankannya dalam dunia nyata. Kisah yang diangkat memang tak lepas dari kejadian sekitar. Namun trik penyampaian penulis yang segar dan renyah dijamin akan membawa pembaca mendapatkan kesan yang istimewa. (Okti Li, Reporter, Writer)
Aku jatuh cinta pada karyamu. Itulah kalimat pertama yang kusampaikan pada Petra Shandi ketika membaca Novelet “Cattelya”. Sebuah kisah cinta yang cukup menguras emosiku sebagai pembaca dan penikmat cerita cinta. Sederhana tapi mengena, alur ceritanya rapi dan membuat pembaca tidak cepat merasa bosan, tapi justru penasaran.

Dan pada cerita berjudul “Fabian”, Petra Shandi sekali lagi membuat pembaca penasaran pada jalan cerita yang cukup menguras emosi. Maka sekali lagi kusampaikan Petra Shandi, aku jatuh cinta pada karyamu. (Likha Alhamaliah,Penulis Novel Romantisme Nikah Dini)
Menemukan arti cinta semakna lukisan hati, tak bisa kau dalami sendiri. Namun membaca Fabian membuat lidahku kelu, hanya tetesan air mata yang dapat menggambarkannya. Penulis sangat pintar memainkan kata dan menempatkan diri pada orang ketiga, penggambaran karakter sangat jelas. Salut untuk penulisnya, tak ada kata yang bisa kurangkai selain selamat! Semoga buku solo ini menjadi awal untuk mengepakkan sayapmu di dunia yang lebih luas lagi. (Oktaviana M, Sabil Ananda ;nama pena, lulusan magister MARS di UI dan Penikmat Sastra)

Selesai membacanya aku jadi ngefans sama Arbi. Tapi sedikit kesal dengan Carla yang punya pikiran pendek. But Cattelya adalah bacaan manis, penuh romantisme dan humor segar. Duduk di sofa temani secangkir kopi sambil membaca Cattelya adalah suatu kenikmatan tak terganti pengusir penat. Cattelya mengobati kerinduanku melahap cerita-cerita romantis. Kang Petra memang ahlinya! (Risah Icha Azzahra, Penulis Writing Revolution, Pecinta Sastra)

Membaca Cattelya membuatku mengekspresikan diri menjadi Arbi. Yah, walaupun aku seorang wanita, aku bisa merasakan karakter Arbi seutuhnya. Petra Shandi benar-benar pandai dalam memainkan setting cerita, hingga terasa seperti nyata. Hingga aku benar-benar ingin menjadi seorang Arbi yang begitu perfect. Buku ini terasa lengkap dengan hadirnya Fabian. Fabian kaya akan konflik yang dimainkan secara apik. Cattelya highly recommended book untuk pecinta Novelet romantic. (Rahmatika Choiria, Pelajar SMU 1 Ponorogo)
Membaca Cattleya bagai menikmati secangkir kopi di pagi hari. Novelet ini sangat layak untuk diapresiasi semua kalangan. (M.Arif Budiman-Cerpenis,Pengajar)

Jujur, dari novelet pertama Petra Shandi “Sahabat Sejati” yang kontroversial, saya selalu menunggu novelet berikutnya. Catelya dan Fabian adalah karya yang cantik. Dengan bumbu komplit [rasa romantis, humor, menegangkan dan mengharu biru] Catelya dan Fabian memberikan kesan tersendiri di hati saya [ketawa sendiri kalau sadar sudah jatuh cinta pada Arbi]. Semoga akan lahir novelet-novelet selanjutnya yang lebih mengejutkan lagi dari tangan dingin seorang Petra Shandi.
(Wiladah El-Fairy Liandra, Mahasiswi, penulis dan pemimpi)

 Buku bisa dipesan di website leutika di www.leutikaprio.com atau sms ke 082138388988

Untuk yang sudah pernah membaca silakan tambahkan testimoni atau buatkan endorst untuk novel sahabat kita inidi kolom komentar


IKLANKAN BUKUMU DI SINI - GRATIS




Penawaran khusus untuk sahabat Pustaka Inspirasiku

Buat Sahabat yang sudah menerbitkan buku solo ataupun antologi yang ingin mengiklankan buku tersebut di blog Pustaka Inspirasiku, silakan inbox cover beserta sinopsis dan cara pembelian buku tersebut, atau boleh juga berupa link-nya. ke fb rumah buku pustaka ilmu Kamu juga bisa menambahkan ulasan, atau resume buku kamu, endorsment, testimoni, dll bersama dengan sinopsis buku kamu.




 Buku kamu akan selalu nampang di blog ini dan dibaca oleh banyak orang, sehingga kemungkinan besar karya kamu akan diminati pembaca, semakin besar. Tentu saja harapannya royalti kamu juga semakin besar. Dan yang lebih penting, buku kamu akan dikomentari dan diapresiasi oleh para pembaca sehingga kamu bisa membuat karya yang jauh lebih baik lagi.


Syaratnya tidak sulit, hanya :

1. Joint (sign in) menjadi  member blog 'Pustaka Inspirasiku'
2. Buku bukan merupakan hasil lomba dari grup penulisan tertentu, melainkan diterbitkan dengan biaya operasional sendiri.
    Buku kamu dari penerbit mayor boleh diiklankan di sini,
.

Cerpen Kolaborasi - RINAI RINDU

Sebuah mini story berhasil disusun setelah beberapa sahabat saling melempar rangkaian prosa mini kemarin malam. Berikut hasil kolaborasinya .....


RINAI RINDU

Aku tersungkur ke dalam jurang penyesalan yang curam. Tapi di sana tidak bisa kutebus semua salahku. Engkau tak akan pernah kembali.
            Malam merambat perlahan. Denting piano itu menghanyutkanku pada buai cinta yang kau nyanyikan. Senandung hatiku menyambut riuh cintamu. Tapi kembali, kenyataan tidak akan seindah khayalan. Kau, bukan untuk kumiliki.
            “Bukan.Kau sudah menjadi miliknya. Kembalilah pada perempuan yang tengah mengandung benih cintamu di rahimnya,” meski kutahu kau datang demi meyakinkan bahwa cinta kita masih bersemi. Cinta seorang sahabat, cinta seorang kekasih yang tak sampai.
            Aku pun kembali menatap langit. Di sana tergambar jelas goresan wajahmu yang sendu. Kedip pilu matamu, dan senyum lugu terakhir yang meriak lengkung bibirmu, tak mampu kutepis meski selalu kau desak aku untuk melupakannya. Sedang apa di sana sahabat... apakah kau merasakan rinai rindu dan gerimis resah laraku?
-o0o-
Aku terus termangu menghiasi taman kerinduan. Ketika bintang mulai hanyut oleh cahaya rembulan, siluet itu mengayun menampar kedua pipiku. Oh..lamunan yang merenda kebisuan mulai gugup. Lalu aku berlari pada lorong ingatan itu..kau masih satu dengan masa lalu itu.
            “Aku hanya ingin kau tahu, bahwa cinta ini masih sama, Dara.” Kau hempaskan semua sisa sesak yang menggumpal di dada. Bertahun-tahun kau pendam hingga siksa membawamu kembali malam itu.
            Dan aku, masih belum bisa menjawab semua resahmu. Saat kedip kecewa tergambar di pelupuk matamu, aku tahu sesuatu yang buruk akan menimpamu. Aku tahu. Rasa takut itu kembali menjalar. Kenangan masa lalu kita.
            Masa lalu? Ya, masa lalu itu. Masa lalu yang pernah mempertemukan kita tanpa kita mau. Masa lalu yang kemudian membuat kita sama-sama menikmatinya. Kebersamaan, tawa hingga gores air mata yang pernah kita usap bersama-sama. Pun masa lalu yang akhirnya memaksa kita untuk tersekat satu sama lain. Berlari, berpisah dan menahanmu jauh dariku.
            “Dara, bisakah sekali saja kauucapkan kata ‘cinta’ untukku?”          
            Kata cinta, seperti denting jemarimu menari.
        Duhai sahabat, gerak langkah ini terhenti ketika syairmu menyapa. Bukan maksud hati agar kau melupakan kenangan kita, namun rindu pun telah melilit jantung. Walau jauh di mata bathinku selalu merasakan rinai rindu yang kau sebarkan hingga lara kau lontarkan. Di sini rindu ini membuncah. Menyebar pada luasnya samudera dan birunya langit.
          Dan aku harus mengingkari itu. Demi dia. Dia yang tengah menantimu dengan pucuk-pucuk cinta ranumnya yang siap merekahkan bunga bahagia.
         Dengan lunglai kau pergi. Semua rasa sudah kau lumat pasrah. Tetapi cinta tidak jua kau raih. Maafkan aku, sahabat. Jangan kau simpan duka, karena aku rela membagi sejuta cita untukmu. Ambillah dan buang duka itu! lupakan! Biarkan tanganku mengusap air dari hulu mata indah itu, tepis lara. Ceritakan kisah terpedihmu dan aku kan mengambinya, agar tiada lagi sakit lagi disana. Hingga tidurmu kan damai malam nanti.
-o0o-
            Lepas malam itu, kau tertidur. Bahkan akal sehatmu kau lenyapkan hanya dalam sekali kedip. Kau jelas meradang dalam arwah cinta yang menggantung. Menguap, menjadi kabut malam yang hilang ditelan kegelapan. Kenapa kau lakukan itu sahabatku? Kenapa kau rela mati demi meraih  cinta abadiku?
-o0o-
            Aku rela mengiris nadi jika itu sanggup membawamu kembali. Desis terakhir yang menembus ke relungku selalu merambat dalam mimpi-mimpi burukku setiap malam. Seharusnya tidak kubiarkan kau sendiri dalam lara, di tengah malam dengan derai siksa dan jeritan sakitmu. Penyesalan tiada guna kini. Seharusnya kuteguk darahmu yang membanjir agar jiwamu tetap hidup dalam ragaku. Maafkan setiap sesal yang tak mungkin bisa kurengkuh kembali.
            Tapi ternyata takdir berkata lain. Aku tak bisa menyangkal takdir yang sudah digariskan Tuhan untuk kita. Tuhan telah mempertemukan kita menjadi sahabat yang tak terlupakan, seperti itu juga Tuhan memisahkan kita. Hanya lewat gerimis malam ini aku menitipkan salam rinduku untukmu, aku menyesali semuanya. Masihkah bisa kutebus semua dosaku dimalam itu dengan penyesalanku kini.
-o0o-
Awan itu tersenyum.
            Dirimu tersenyum, seolah tengah berbisik, “Aku membawa cintamu melintas angkasa. Tapi kau, bukan untuk kusentuh. Dan aku tetap lupa, bahwa kau telah menganggapnya usai tanpa pernah tahu aku masih berharap kelanjutannya. Maka aku disini, termangu menatap bayangmu yang datang bersama rinai hujan. Merayu dedaunan untuk luruh bersama angin. Mencari jawaban atas pertanyaan yang tak pernah terucap. Membauimu di setiap helai sapuan udara.
            “Aku ingin kau di sini. Meminjam bahuku untuk memetakan tangismu pada garis-garis jiwaku yang lunglai. Lalu menatap teduh matamu. Aku ingin kau tahu, betapa hidup telah merampas bahagiaku, tanpa pernah peduli bahwa sesungguhnya betapa rapuhnya aku. Lalu mengabadikan hening kita yang terbunuh detak waktu. Setelahnya, naiklah ke atas kereta. Hitung jajaran bintang yang tertinggal. Lalu kau mengulum harapku, menghempaskannya sia-sia, sebab hujan diluar siap menampar kemungkinan-kemungkinan hidup dan mati dalam waktu bersamaan.
            “Tapi, dimana kau, Dara?
-o0o-
Hujan pun tak lagi iringi hari. Namun hati terlampau sepi. Mengiris. Kehadiran bukan kehadiran saat senyummu sirna terbawa angin, hingga sendu merambahi segala rupa di hadapanku. Tegarkan dirimu Sahabat, jika kau masih mampu merasakan kasih ini.
            Aku yakin, di sana kau rakit kata dengan indah. Sang senja menjadi lagu-lagumu. Kau sebut satu persatu termiliki senja. Sampai kapan kau merakit senja dengan malam sedangkan kau tahu perbedaan senja dan malam, begitu pula aku dan masa lalumu. Walau rindu itu selalu ada dan tak akan menghilang.
            Sahabat, sadarkah engkau? walau gerimis menghujani bumi ini tapi aku tak ingin kau seperti itu sahabat. Andaikan aku dapat menjadi mataharimu, akan kuterangi harimu tanpa hujan yang menjadi kelabu bagimu. Aku hanyalah manusia biasa yang hanya mampu menghiburmu apabila kesepian bagiku sahabat. Hanya satu kesempatan dalam hidupku dapat melihat senyummu bagai mimpi yang tak pernah hilang dari ingatan. Hanya senyummu yang meluluhkan hati dan tawamu yang menyatukan jiwa. Hanya tangismu yang membuatku teriris dan tak berdaya. Tersenyumlah bila kau mampu sampai aku tiada di sampingmu.
            Atau ketika aku kembali bersamamu. Saat rinai rindu ini menggelitik sepi.

Kolaborasi sahabat Pustaka Inspirasiku, 21 Maret 2012

-oo0oo-
            
Asalnya seperti ini :

 
Kembali menatap langit, di sana tergambar jelas goresan wajahmu yang sendu. Kedip pilu matamu, dan senyum lugu terakhir yang meriak lengkung bibirmu, tak mampu kutepis meski selalu kau desak aku untuk melupakannya. Sedang apa di sana sahabat... apakah kau merasakan rinai rindu dan gerimis resah laraku?

Lanjutin dong sobat, kalau hasilnya bagus, nanti saya post di Blog dan kamu bisa baca utuh hasil akhir yang tidak terduga.
· · · 21 Maret pukul 18:44

    • Asni Ahmad Sueb duhai sahabat
      gerak langkah ku terhenti ketika syairmu menyapa
      bukan maksud hatiku agar kau melupakanku
      namun rinduku pun telah melilit jantung
      walau jauh di mata bathinku selalu merasakan
      rinai rindu yang kau sebarkan hingga lara yang kau lontarkan
      di sini rinduku membuncah, menyebar pada luasnya samudra dan birunya langit
      21 Maret pukul 18:51 · · 3
    • Hermawan W Saputra Aku terus termangu menghiasi taman kerinduan, ketika bintang mulai hanyut oleh cahaya rembulan, siluet itu mengayun menampar kedua pipiku. Oh..lamunan yang merenda kebisuan mulai gugup. Lalu aku berlari pada lorong ingatan itu..kamu masih satu dengan masa lalu itu.
      21 Maret pukul 18:52 · · 3

    • Fanny Yanuarika Saputri ‎*nglanjutin punya Mas Hermawan W Saputra

      Masa lalu? Ya, masa lalu itu. Masa lalu yang pernah mempertemukan kita tanpa kita mau. Masa lalu yang kemudian membuat kita sama-sama menikmatinya. Kebersamaan, tawa hingga gores air mata yang pernah kita usap bersama-sama. Pun masa lalu yang akhirnya memaksa kita untuk tersekat satu sama lain. Berlari, berpisah dan menahanmu jauh dariku.
    • Asni Ahmad Sueb kau rakit kata dengan indah
      sang senja menjadi lagu-lagumu
      kau sebut satu persatu termiliki senja
      sampai kapan kau merakit senja dengan malam
      sedang kau tahu perbedaan senja dan malam
      begitu pula aku dan masa lalumu
      walau rindu itu selalu ada dan tak akan menghilang
    • Fanny Yanuarika Saputri lanjuuuuuuut ...

      *sholat dulu :)
    • Ali Sakit Wirasatriaji Tapi kamu, bukan untuk kusentuh.

      Tapi aku tetap lupa, bahwa kau telah menganggapnya usai tanpa pernah tahu aku masih berharap kelanjutan

      Maka aku disini, termangu menatap bayangmu yang datang bersama rinai hujan. Merayu dedaunan untuk luruh bersama angin. Mencari jawaban atas pertanyaan yang tak pernah terucap. Membauimu di setiap helai sapuan udara.

      Aku ingin kamu disini. Meminjam bahumu untuk memetakan tangisku pada garis-garis dadamu. Lalu menatap teduh matamu. Aku ingin kau tahu, betapa hidup telah merampas bahagiaku, tanpa pernah peduli bahwa sesungguhnya betapa rapuhnya aku. Lalu mengabadikan hening kita yang terbunuh detak waktu.

      Setelahnya, naiklah keatas kereta. Hitung jajaran bintang yang tertinggal. Lalu kau mengulum zakarku, bersenggama sia-sia, sebab hujan diluar siap menampar kemungkinan-kemungkinan.

      Tapi, dimana kamu?
      21 Maret pukul 19:19 melalui seluler ·
    • Fitria Handayani Meilana Sari ikutan juga ya, boleh kaan??
      ngelanjutin Ali Sakit Wirasatriaji :

      Aku terus menatap rinai hujan yang terus turun membasahi bumi, pikiranku mengingat jelas akan masa lalu itu, masa lalu kita dimana kita menjadi sahabat yang tak bisa dipisahkan.

      Disini, aku merasakan rindumu wahai sahabatku. Dan apakah kamu juga merasakan rinduku disana?
      21 Maret pukul 22:14 · · 1
    • Septiani Ananda Putri Hujan pun tak lagi iringi hari. Namun hati terlampau sepi. Mengiris. Kehadiran bukan kehadiran saat senyummu sirna terbawa angin, hingga sendu merambahi segala rupa di hadapanku. Tegarkan dirimu Sahabat, jika kau masih mampu merasakan kasih ini.

      Jangan kau simpan duka, karena aku rela membagi sejuta cita untukmu. Ambillah dan buang duka itu! lupakan!
      Biarkan tanganku mengusap air dari hulu mata indah itu, tepis lara. Ceritakan kisah terpedihmu dan aku kan mengambinya, agar tiada lagi sakit lagi disana. Hingga tidurmu kan damai malam nanti.
    • Rumah Buku Pustaka Ilmu Aku rela mengiris nadi jika itu sanggup membawamu kembali. Desis terakhir yang menembus ke relungku selalu merambat dalam mimpi-mimpi burukku setiap malam. Seharusnya tidak kubiarkan kau sendiri dalam lara, di tengah malam dengan derai siksa dan jeritan sakitmu. Penyesalan tiada guna kini. Seharusnya kuteguk darahmu yang membanjir agar jiwamu tetap hidup dalam ragaku. Maafkan setiap sesal yang tak mungkin bisa kurengkuh kembali.
    • Fitria Handayani Meilana Sari Lanjutan Rumah Buku Pustaka Ilmu :
      Tapi ternyata takdir berkata lain, aku tak bisa menyangkal takdir yang sudah digariskan Tuhan untuk kita. Tuhan telah mempertemukan kita menjadi sahabat yang tak terlupakan, seperti itu juga Tuhan memisahkan kita. Hanya lewat gerimis malam ini aku menitipkan salam rinduku untukmu, aku menyesali semuanya. Masihkah bisa kutebus semua dosaku dimalam itu dengan penyesalanku kini.
      21 Maret pukul 23:14 · · 1
    • Rumah Buku Pustaka Ilmu keren... besok akan digabung dan hasilnya akan berupa FF yang bisa dibaca di blog Pustaka Inspirasiku... thx ya semua...
    • Sekar Ayu Nur Fadhilah sahabat sadarkah engkau? walau gerimis menghujani bumi ini tapi aku tak ingin kau seperti itu sahabat,andai kan aku dapat menjadi matahari mu akan aku terangi hari mu tanpa hujan yang menjadi kelabu bagimu,aku hanyalah manusia biasa yang hanya mampu menghiburmu apabila kesepian bagi ku sahabat,hanya satu kesempatan dalam hidup ku dapat melihat senyummu bagai mimpi yang tak pernah hilang dari ingatan, hanya senyum mu yang meluluhkan hati dan tawamu yang menyatukan jiwa,hanya tangis mu yang membuat ku teriris dan tak berdaya, tersenyumlah bila kau mampu sampai aku tiada disampingmu
      21 Maret pukul 23:52 · · 2