Diskusi tentang PUISI : Diksi atau Alur?

mau tanya :
pada puisi itu lebih penting alur klimaks atau diksinya ?
· · Kemarin jam 0:07

    • Aldy Istanzia Wiguna maaf dek. boleh sedikit merevisi tidak ya. kalau boleh syukur alhamdulillah. setahu saya puisi itu kan karya sastra yang ditulis dalam bentuk bait bukan paragraf. dan dibangun dengan dua unsur diantaranya unsur lahir dan unsur batin. unsur lahirnya apa saja : 1. diksi, 2. gaya bahasa, 3. imaji, 4. perwajahan atau tipografi, 5. gaya bahasa, 6. rima. kalau unsur batinnya itu ada tiga : 1. tema, 2. nada dan suasana, 3. amanat.
      Kemarin jam 0:11 · · 4
    • Aldy Istanzia Wiguna jadi kalau merujuk pada paparan di atas maka alur dan klimaks dalam puisi itu tidak ada. jelas itu tidak penting. karena yang terpenting dalam sebuah puisi itu sesungguhnya diksi namun kalau saya lebih mementingkan gaya bahasa juga karena bisa memperindah puisi itu sendiri. kalau untuk alur dan klimaks itu hanya ada dalam prosa seperti cerpen, novel atau roman. begitu dek Septiani Ananda Putri. maaf kalau saya sok tahu ya. soalnya pertanyaan adek agak sedikit aneh tapi lumayan menantang. sukses untuk adek :)
    • Septiani Ananda Putri ndak papa, saya kan bertanya untuk mendapatkan kebenaran,
      malah alhamdulillah banget kalo Mas mau membenarkan,

      secara teori saya juga tau nya itu Mas,

      nah, ada grup kepenulisan yang mempersilakan untuk publikasi puisi,
      anggotanya memberi komentar
      'alurnya sudah bagus, alurnya pas'
      itu bagaimana Mas?
      Kemarin jam 0:18 · · 1
    • Aldy Istanzia Wiguna kalau menurut saya itu salah. salah dalam artian mungkin dia ingin mengatakan diksinya sudah bagus, diksinya pas. karena seperti yang sudah saya katakan di awal dalam puisi itu tidak ada yang namanya alur apalagi antiklimaks. itu hanya ada di prosa saja.
    • Septiani Ananda Putri ah, alhamdulillah kalo begitu
      :)
      terimakasih banyak Mas,
      memang tidak semua isi Facebook bisa dijadikan acuan, hehe
      salam sastra!
    • Aldy Istanzia Wiguna sama-sama. yang penting saran dari saya jangan cuma banyakin baca dan tahunya disini saja. coba baca buku-buku tentang sastra atau kumpulan puisi yang sastra bukan yang pop. dari sana kita bisa sedikit mengambil acuan. kalau di facebook jujur saya sendiri tidak banyak saya gunakan sebagai acuan. karena pada dasarnya ada beberapa yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
      Kemarin jam 0:25 · · 2
    • Septiani Ananda Putri sudah sering Mas,
      tapi sangat lambat buat saya memahami sastra murni,
      baca buku Godlob aja dua minggu, padahal tipis,
      yang lumayan mampu karangannya A.A Navis,
      tapi jarang aku temuin,
      kebanyakan sastra lama yang berat-berat,
      adakah saran Mas?
    • Aldy Istanzia Wiguna kalau mau coba baca kumpulan puisinya Sapardi Djoko Damono atau Taufiq Ismail. itu sastranya gak terlalu berat. tapi asyik.
      Kemarin jam 1:35 · · 3
    • Septiani Ananda Putri wah, sip
      :)

      *penasaran :D
    • Langga Gustanto Sekedar Sharing karena mengingat pembahasan di atas mengenai Puisi: Ini materi yang kemarin malam saya sampaikan di Grup Indonesian Writers University--karena progam Puisi kebetulan diamanahkan buat saya yang mengisinya:

      Apa sih Essay itu?

      Esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Pengarang esai disebut esais. Esai sebagai satu bentuk karangan dapat bersifat informal dan formal. Esai informal mempergunakan bahasa percakapan, dengan bentuk sapaan “saya” dan seolah-olah ia berbicara langsung dengan pembacanya. Adapun esai yang formal pendekatannya serius. Pengarang mempergunakan semua persyaratan penulisan.

      Salah satu karya puisi essay yang saya sukai ialah milik Hasan Aspahani. Apakah IWU Addict kenal dengan penyair satu ini??
      Berikut petikan puisi Essay Beliau ;

      ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab
      di bingkai pertama, balon percakapan
      itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut,
      juga dingin dan kata-kata di dalamnya
      jadi percik rintik.
      Aku menggambar payung untukmu,
      tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”
      Lalu kugambar sebuah rumah di bingkai kedua dengan kamar-kamar labirin. ”Aku tersesat,” katamu.

      ”Tidak! aku bersembunyi dan kau mencariku seperti permainan petak-umpet!”

      DI bingkai ketiga, kugambar genangan basah
      airmata dan keringat yang
      berpunca dari resah dan lelah,
      ”Aku mau pulang dan tidur,” pekikmu (Sajak ”Komik Strip, 1”)

      Kordinator Puisi
      (Langga Gustanto)
      Kemarin jam 1:52 · · 3
    • Langga Gustanto mungkin bisa kita simpulkan bersama setelah membaca puisi Essay di atas. Di sana terdapat alurnya, bahkan disisipkan juga beberapa dialog.
      Kemarin jam 1:53 · · 1
    • Langga Gustanto ini link puisi Essay, jika memang mau membaca. Silakan http://puisi-esai.com/
      puisi-esai.com
      ‎/1/ Ditatapnya sekali lagi sapu tangan itu, tak lagi putih; tiga belas tahun berlalu. Korek api di tangan, siap membakarnya menjadi abu masa...
      Kemarin jam 1:57 · · 1 ·
    • Aldy Istanzia Wiguna puisi essay. boleh tahu bagaimana sejarahnya kang ?. soalnya saya merasa agak aneh saja baru tahu puisi ada alur sama klimaksnya. maaf bukan saya tidak setuju. tapi pengen tahu dan pengen mempelajarinya saja.
    • Aldy Istanzia Wiguna puisi essay. boleh tahu bagaimana sejarahnya kang ?. soalnya saya merasa agak aneh saja baru tahu puisi ada alur sama klimaksnya. maaf bukan saya tidak setuju. tapi pengen tahu dan pengen mempelajarinya saja.
    • Langga Gustanto Setau saya sih puisi essay itu ritmenya bercerita suatu pembahasan saja atau satu konflik---sangat terlihat berbeda dengan puisi seperti biasanya kita baca. Konon ini genre baru dunia perpuisian Kang Aldy Istanzia Wiguna. Saya sendiri sedang mempelajarinya, dan rupanya saya mulai jatuh cinta dengan puisi essay--lebih mengena di hati saya..hehehehe
    • Aldy Istanzia Wiguna oh gitu. siip deh. hehe :)
    • Langga Gustanto itu dia, kenapa saya mempelajarinya? karena saya merasa aneh (Diawal) mendengarnya tetapi setelah banyak-banyak sharing dengan teman ditambah banyak membaca puisi Essay karangan penyair hebat..saya klepek-klepek dan sangat tertarik buat mempelajarinya sekarang
    • Ali Sakit Wirasatriaji mau tanya :
      pada puisi itu lebih penting alur klimaks atau diksinya ?

      penting semua, tapi yang lebih penting lagi "Roh puisi"
      Kemarin jam 2:22 · · 2
    • Septiani Ananda Putri Mas Langga Gustanto : terimakasih sekali atas infonya, pasti jika dibandingkan dengan yang lain disini pasti kening saya yang paling berkerut saat membaca tentang adanya puisi essay,
      saja juga jadi tertarik,
      :) berhubung saya juga lebih menyukai dialog, :D
      btw, apakah hanya puisi essay yang memiliki alur klimaks?
      puisi biasa apakah juga punya?

      Mas Aldy Istanzia Wiguna : saya lebih heran dripada anda Mas, hehe

      Mas Ali Sakit Wirasatriaji : dan pastinya membuat antara "Roh" dan "Raga" mampu bersatu untuk menaklukkan pembaca, hehe
      :D
    • Langga Gustanto kalau puisi yang sering kita baca atau ketahui mah seperti yang disebutkan sama Kang Aldy Istanzia Wiguna tadi...
      • Kamiluddin Azis Maaf ya saya terlambat ikut menyimak... semua yg dibahas oleh sahabat Aldy Istanzia Wiguna, Langga Gustanto dan Ali Sakit Wirasatriaji itu benar. Dan pada perkembangannya sastra kita melahirkan genre baru, yaitu yg disebut puisi esai itu. Sebelumnya kita mengenal prosa lirik atau prosa puitis atau kalau di luar negeri dikenalnya sebagai puisi lirik. Ini hampir sama dengan puisi esai mungkin, karena unsur kata-kata yang membangun puisi itu secara sintaksis berkaitan satu dengan lainnya, seolah merangkai sebuah cerita atau prosa. Penulisannya bisa dibentuk dalam paragraf bisa juga dalam bait-bait seperti halnya puisi.
      • Kamiluddin Azis Kalau diizinkan saya mau copas hasil diskusi ini untuk saya publish di blog grup supaya banyak yg membaca dan kemudian mengembangkan pembahasannya menjadi lebih terstruktur dan menggali lebih banyak teori yang relevan. Boleh ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar