\
Donna Widjajanto :
Hai, salam kenal! Seperti yang sudah disampaikan Kang Aming,
saya Donna, editor lepas. Sebelum jadi editor lepas, saya bekerja di Gramedia
Pustaka Utama selama delapan tahun, juga sebagai editor. Sebagai editor, saya
awalnya menangani naskah-naskah terjemahan, baru kemudian berkembang banyak
menangani naskah lokal. Utamanya saya menangani naskah novel, meskipun banyak
juga mengedit naskah nonfiksi.
Bekerja sama dengan para pengarang lokal banyak sukanya
daripada dukanya sih, menurut saya. Biasanya kerja sama ini diawali dengan saya
menilai naskah yang baru masuk dari pengarang. Dari penilaian naskah ini, saya
bisa melihat alur dan penokohan cerita, dan mencari “bolongnya”. Dari situ,
saya menyampaikan untuk revisi pada pengarang. Setelah revisi dirasakan cukup
(dalam prosesnya naskah bisa beberapa kali bolak-balik antara editor dan
pengarang), barulah saya melakukan editing bahasa pada naskah. Setelah itu,
naskah akan dilanjutkan prosesnya dalam kantor penerbitan (akan di-setting dan
dibuatkan cover-nya). Tugas berikutnya saya dan pengarang adalah menciptakan
“bungkus” naskah, yaitu sinopsis belakang atau blurps, dan terkadang tagline
juga. Kadang saya dan pengarang juga berdiskusi sampai ke proses promosi dan
penjualan. Terkadang juga sebagai editor lepas, saya membantu promosi naskah
yang sudah terbit, sampai membuat kuis, dst.
Pengarang yang saya anggap mudah diajak kerja sama adalah
yang bisa enak diajak
diskusi mengenai naskah, tidak ngotot-ngototan. Tidak selalu
masukan dari editor diterima, tapi asalkan pengarang bisa menyampaikan
maksudnya dengan baik, maka jalan tengah pasti bisa dicapai. Pada pokoknya,
saat menangani naskah lokal, kerja sama dengan pengarang sangat penting.
Berbeda dengan saat menangani naskah terjemahan. Agak jarang
saya berhubungan dengan penerjemah. Bila terdapat salah terjemahan atau kalimat
yang dirasa kaku, maka saya langsung mengganti saja hasil terjemahan tersebut.
Demikian sekelumit cerita tentang editing naskah. Bila ada
yang ingin bertanya, silakan.
Kamiluddin Azis :
Wah, delapan tahun di GPU lalu memutuskan menjadi editor
lepas. Enakan mana nih Mbak, dari sisi pekerjaan maupun, ehm... apa ya,
penghasilan, hehe
Saya sering mendengar ada namanya editor freelance sama
editor akuisisi, itu beda kerjanya bagaimana Mbak?
Donna Widjajanto :
Hehehe sama2 ada enak nggak enaknya sih. Tapi yg jelas jadi
freelancer lebih bebas.
Editor akuisisi itu yg menilai naskah layak terbit/tidak.
Biasanya in house ya.
Andrew Rey Navara :
Salam knal mbak. Btw2,
untuk editing biasanya yang perlu diedit elemen apa saja mbak kalau boleh tau.
Dan pada dasarnya yang dicari oleh penerbit+editor itu yang
gimana mbak ?
Siapa tahu bisa menjadi self editing untuk karya sendiri
sebelum karya masuk ke penerbit.
Ririen Narsisabiz
Pashaholic :
Editor lepas itu gimana sih? proses editing naskah biasanya
berapa bulan?
Donna Widjajanto :
Salah satunya adalah logika cerita yg pas dan konsistensi
penokohan. Tapi penting juga adegan pembuka, sekitar 10 hlm pertama. Itu harus
menarik banget.
Kamiluddin Azis :
Maksud Ririen Narsisabiz Pashaholic mungkin apakah editor
mendapat penawaran kerja editing dari penerbit atau kita cari sendiri, lalu
tugas2nya apakah sama dengan editor yg bekerja di belakang meja dan
ngantor
dengan dead line tertentu? hehe itu sekalian tambahan dr yg nitip pertanyaan
Donna Widjajanto :
Editor lepas maksudnya saya kerja di rumah. Bukan di kantor.
Saya juga menerima kerja dari beberapa pihak, tidak hanya satu.
Nah, lamanya editing
naskah itu tergantung naskahnya sudah rapi atau banyak kurangnya, juga apakah
pengarangnya mudah diajak kerja sama atau tidak.
Kamiluddin Azis :
Untuk 1 naskah novel misalnya, itu apakah penerbit selalu
menetapkan tenggat waktu untuk proses editing editor dg penulis? Pernah nggak
Mbak mengalami penulisnya yang susah diajak kerjasama dan maunya sendiri
sehingga proses novel menjadi lama
Aris Rahman Yusuf Mantap :
Nyimak. Berarti kalau
pembukaan awal naskah udah dirasa jelek, pasti nggak diterima ya? tanpa dilihat
bagian tengah atau akhirnya dulu? maksudnya dalam hal seleksi naskah.
Donna Widjajanto :
Ririen Narsisabiz
Pashaholic : editor lepas kurang-lebih tugasnya sama dg editor in house
yaitu mengawal naskah sampai siap cetak. Tapi perannya paling besar saat
pembentukan naskah itu. Mengenai penawaran tugasnya, bisa dua-duanya yaitu
diminta oleh penerbit, juga menawarkan diri.
Donna Widjajanto :
Untuk deadline, biasanya
ada, Kang Kamiluddin Azis. Soal naskah yg molor deadline, beberapa kali
terjadi. Tapi saya rasa pengarang yg bekerja sama dg saya mayoritas baik-baik .
Andrew Rey Navara,
???
Mbak Donna
Widjajanto,
Gimana caranya kalau
tau,
"Ini nih, musim
ini yang diminta sama penerbit. Dan kami sebagai editor mengerjakan dan bekerja
untuk musim yang diinginkan penerbit. Diluar tema penerbit itu, makae editor
tidak akan mengerjakannya, mungkin di cancel atau tidak diterima."
Kayak mengetahui, ini
adalah musim yang diminta sama penerbit.
Gitu mbak
Kamiluddin Azis : Mungkin maksud Andrew
Rey Navara itu bagaimana caranya mengetahui momentum yg tepat untuk naskah
genre tertentu yg sedang atau akan menjadi trend? tambahan, editor bisa
memprediksikan hal ini juga kan?
Donna Widjajanto Aris Rahman Yusuf pada penerbit besar yg menerima ratusan
naskah tiap bulannya memang bila pembukaan tidak menarik ya tidak dilihat lagi
keseluruhannya.
Ratna Shun Yzc : Selain kerja sebagai,
apakah Mbak juga sering nulis (novel,
misalnya)?
onna Widjajanto
Genre yang sedang tren ya? Hmm... saya lihat belakangan ada
beberapa penerbit yg membuka tren yg dia ciptakan. Misalnya dg buka lomba
penulisan dg tema tertentu, atau meminta tulisan dg tema tertentu. Cermati
medsos deh.
Kamiluddin Azis
Ayo siapa yg mau pertanyaannya langsung dijawab, segera comment,
sebentar lagi Mbak Donna akan OF dan pertanyaan mungkin akan dijawab menyusul.
Donna Widjajanto Ratna Shun Yzc, saya sudah menerbitkan 4 buku
nonfiksi: Traveling with Tots, Traveling with Kids, Green Traveling, When Author
Meets Editor. Plus satu novel: Sott'er Celo de Roma:)
Argalitha :
mana yang paling asyik menurut Mbak Donna Widjajanto, ngedit
naskah terjemahan atau lokal? pernah gak sih nemu kesulitan saat ngedit naskah
terjemahan, mungkin salah presepsi atau apa
Aris Rahman Yusuf
Gitu ya Mbak. Terus untuk sebuah pembukaan cerpen, novel, seperti gimana sih
yang dikatakan menarik?
Kamiluddin Azis : wah novelnya saya belum
punya tuh Mbak Donna Widjajanto kalo yg When Author Meets Editor itu pernah sy
post di grup sebagai salah satu buku yg menginspirasi saya dan pada akhirnya
mempertemukan kita dalam MLB, hehe #keceletot
Donna Widjajanto :
Saya merasa mengedit naskah lokal lebih dinamis. Editor
terlibat penuh dalam pembentukan naskah.
Kalau salah persepsi
dalam penerjemahan itu sering terjadi, jadi editornya harus jeli.
Argalitha :
soalnya kalau baca novel terjemahan, bahasanya lebih asyik
gitu. baku tapi menarik, kok bisa ya?
Donna Widjajanto :
Aris Rahman Yusuf opening yg menarik itu yg tidak biasa,
juga kalau mungkin ya langsung menyinggung konflik/masalah.
Donna Widjajanto :
Argalitha itu sangat mungkin terjadi karena penerjemahnya
memang oke
Donna Widjajanto :
Wah, Kang Kamiluddin Azis beli dooong novel saya
Argalitha :
jadi tugas editor lepas tidak hny menyangkut penyelesaian
naskah, tapi jg sampai promosi ya ^^ wah .... ternyata jadi hubungan dg penulisnya via email ya?
pernah gak ketemulgsg gt, mgkn ada yg sekota
Kamiluddin Azis :
iyaaahh keduluan si cantik Argalitha nanyanya... iya saya
pernah dengar jg editor diminta bantu setting untuk promo buku, ada semacam
tanggung jawba jg ke sana, dan ternyata tadi Mbak Donna juga memaparkan sdkt
ttg hal ini.
Eric Keroncong :
Protol kenapa setiap editor itu nampak sanggar di hadapan
penulis yg bru bekerjasama? ada yg bilang klu editor minta revisi, edit ulang,
pasto penulis pemula akan merasa ketakutan. apakah mbak donna menerapkan hal
yang menyeramkan? trus byk naskah di fiksi yg udah beredar salah ketik eyd
apakah iitu emang di sengaja atau mrni kesalahan editor
Ratna Shun Yzc :
Saat mengedit itu naskahnya versi cetak/hardcopy atau
softcopy?
Donna Widjajanto :
Argalitha, tugas editor lepas nggak beda kok sama editor in
house, cuma lokasi dan fleksibilitas waktu aja yg beda. Untuk promosi
sebenarnya kan itu tugas marketingnya penerbit, tapi biasa marketing juga minta
keterangan tentang buku pada editor.
Kalo ketemuan sama pengarang sering juga kok. Pokoknya
pengarang yg kerja sama dg saya asyik2 kok orangnya. Ya nggak, Kang Kamiluddin
Azis? Soal MLB nanti offline aja ya
Kamiluddin Azis :
hehe... sik asik asik dengan dirimu... hehe kuncinya
ternyata 'kerjasama' ya, meski mungkin editor juga punya wewenang lebih, tetapi
tetap saja yg punya naskah yg menentukan. artinya seperti kata Mbak Donna
Widjajanto asal jelas maunya penulis seperti apa, ya editor bisa mengarahkan dg
lebih smooth, gitu kali ya... kapan ya bisa ketemuan offline dg editor MLB,
hehe
Donna Widjajanto :
Eric Keroncong Protol mungkin editor terasa sangar karena
masih asing/baru kenal. Menerima kritikan dari orang yg baru kenal kan tidak
mudah. Selain itu editor mewakili penerbit, yg punya standar tertentu, yg
membuat naskah mungkin harus diacak. Saya rasa siapa pun gak suka naskahnya
diacak-acak ya, tapi dg semangat ingin menampilkan karya terbaik bagi pembaca,
saya rasa kesulitan bisa diatasi.
Untuk salah ejaan... sebenarnya naskah "dijaga" 2
orang: editor dan proof reader. Tapi dengan cepatnya proses penerbitan
sekarang, terkadang tipo tak terhindarkan.
Kamiluddin Azis :
Mbak Donna Widjajanto sy juga suka lihat ada novel dengan
label REVISI, itu sejauh mana ya revisi nya, apakah hanya sekedar typo atau ada
unsur pembangun lain? kok jd aneh ya rasanya kalau novel ada revisian (selain
typo, dan tekhnis lainnya)
Donna Widjajanto :
Mohon maaf, karena sedang kurang sehat, segini dulu ya. Bila
masih ada yg ingin ditanyakan tinggalkan saja komen, akan saya jawab besok atau
saat sudah memungkinkan.
Terima kasih banyak untuk kesempatan sharing di sini. Tetap
semangat!
Kamiluddin Azis :
Iya Mbak Donna Widjajanto makasih banyak ya atas waktunya,
mohon maaf juga sudah menganggu. nggak disangka air hujan membuatmu kena flu,
hehe, GWS ya Mbak... moga bseok2 kita bisa diskusi lagi
Eric Keroncong Protol
Mbak dona nah sebelum naek cetak biasanya penulis di kasih
tau naskah yg siap cetak dg mngirimkan naskah yg udah jadi (bkti trbit) stlah
di cek ricek byk typo apakah pnlis brhak untuk komplain eyd yg salah?
Ririen Narsisabiz
Pashaholic :
pertanyaan gue dah diwakili mas eric. tadi mau nanya gitu
tapi rada gak enak
Kamiluddin Azis :
@Eric & @Ririen sy bantu jawab ya sesuai pengalaman saya
di MLB. iya sebelum naik cetak, kita dikasi namanya proofread naskah, kita
wajib baca ulang untuk mencari kalau2 masih ada typo atau pemenggalan kata yg
tdk sesuai, termasuk ditunjukin settingan dan illustrasi jika ada. Beberapa
penerbit bahkan mendiskusikan gambar mana yg cocok dan sesuai dengan tema novel
kita. Penulis memberikan masukan untuk desain cover, blurb dan tagline. Tapi
pengalaman saya juga ada penerbit yg tidak melakukan hal itu sama sekali.
Bahkan novel pertama saya, ampun2an. Ririen pernah membantai saya kayak sapi
ompong, kan? ya karena tdk ada editing di sana
Ririen Narsisabiz
Pashaholic :
wkwkwkwk apalagi naskahku. kalo naskah gak diedit kok ada
nama editor, berarti editor cuma numpang nama dong ya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar