Kaulah Pelita
Ibu. Ini aku, putri
bungsumu. Putri yang kaubesarkan dengan limpahan kasih sayang, belaian penuh
pengharapan, air mata cinta, serta doa-doa di setiap sujudmu.
Aku tahu, untaian kata
terima kasih takkan cukup untuk membalas kebaikanmu, tapi aku sangat ingin
mengucapkannya. Terima kasih, untuk cintamu yang tak pernah mampu kubendung. Terima
kasih, untuk tidak menjadi mereka, yang hanya bisa menghakimiku tanpa mau tahu
apa yang tengah kuupayakan. Terima kasih, karena tidak bertanya “kenapa?” dan
memilih untuk bilang, “tidak apa-apa.”
Pelita yang berpendar
di sudut hati terkelam. Itulah dirimu. Hingga tak bisa kubayangkan betapa gelapnya
hidupku tanpa dirimu, akan serapuh apa diriku tanpa adamu. Bahkan cahaya, yang
terpancar lewat binar mata dan senyummu selalu bercerita, bahwa semua akan
baik-baik saja.
Karena itu, teruntuk senyummu, Bu. Abadilah
selalu.
Kenapa Tuhan, aku
berharap yang terbaik untukmu. Aku ingin melihatmu selalu sehat, bergembira,
lepas dari beban pikiran yang bertumpuk. Aku sadar, bahwa akulah salah satu beban
bagimu. Jadi bisakah, untuk tidak terlalu mengkhawatirkanku?
Bu, jangan pernah menangis lagi karenaku, ya? Jika
kelak kauulangi, kuharap hanya ada air mata haru karena terlalu bahagia.
Teruntuk pelitaku, Ibu Supiah. Beralamat di Jalan
Kepodang, Gang Bhakti 3, No. 23, Kelurahan Susunan Baru, Kecamatan Tanjung
Karang Barat, Bandar Lampung
ibunya leli selalu bilang, "tidak apa-apa"? wah ... besok saya mau jadi ibu seperti itu, biar makin dekat dengan anak^^
BalasHapus