Puisi karya Leli Erwinda




Kaulah Pelita

Ibu. Ini aku, putri bungsumu. Putri yang kaubesarkan dengan limpahan kasih sayang, belaian penuh pengharapan, air mata cinta, serta doa-doa di setiap sujudmu.
Aku tahu, untaian kata terima kasih takkan cukup untuk membalas kebaikanmu, tapi aku sangat ingin mengucapkannya. Terima kasih, untuk cintamu yang tak pernah mampu kubendung. Terima kasih, untuk tidak menjadi mereka, yang hanya bisa menghakimiku tanpa mau tahu apa yang tengah kuupayakan. Terima kasih, karena tidak bertanya “kenapa?” dan memilih untuk bilang, “tidak apa-apa.”
Pelita yang berpendar di sudut hati terkelam. Itulah dirimu. Hingga tak bisa kubayangkan betapa gelapnya hidupku tanpa dirimu, akan serapuh apa diriku tanpa adamu. Bahkan cahaya, yang terpancar lewat binar mata dan senyummu selalu bercerita, bahwa semua akan baik-baik saja.
 Karena itu, teruntuk senyummu, Bu. Abadilah selalu.
Kenapa Tuhan, aku berharap yang terbaik untukmu. Aku ingin melihatmu selalu sehat, bergembira, lepas dari beban pikiran yang bertumpuk. Aku sadar, bahwa akulah salah satu beban bagimu. Jadi bisakah, untuk tidak terlalu mengkhawatirkanku?
Bu, jangan pernah menangis lagi karenaku, ya? Jika kelak kauulangi, kuharap hanya ada air mata haru karena terlalu bahagia.
Teruntuk pelitaku, Ibu Supiah. Beralamat di Jalan Kepodang, Gang Bhakti 3, No. 23, Kelurahan Susunan Baru, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung

1 komentar:

  1. ibunya leli selalu bilang, "tidak apa-apa"? wah ... besok saya mau jadi ibu seperti itu, biar makin dekat dengan anak^^

    BalasHapus