Tantangan Menulis Akhir Desember 2013


Siapa mau hadiah paket buku?
Ikuti tantangan ini …
1.       Buatlah sebuah paragrap dengan menggunakan minimal 3 dari 6 kata berikut ini:
cangkir, rindu, kelam, sendiri, dekat, lindap
2.       Minimal ada 3 kalimat dalam 1 paragrap
3.       Diposting di kolom komentar (login dulu ya…)
4.       Mention @bukuilmuku & 1 orang temanmu setelah ikut tantangan ini dg hastag #tantanganmenulis
5.       Tidak boleh mengisi komentar selain dengan tulisan tantangan kamu (missal dengan pertanyaan, atau mengomentari tulisan orang lain)
6.       Tantangan diselesaikan sebelum mentari terbenam (haha…) pada Minggu 22 Desember 2013
7.       Pemenang akan diumumkan pada Selasa Malam
8.       Hadiah berupa buku untuk beberapa pemenang dan tidak bisa dipilih (buku rahasia… kejutan dah pokoknya)

Buruan tulis sekarang juga. Jangan pake tunggu sampe besok atau mepet DL, karena kamu bisa lupa dan keburu malesss. Dan yang jelas, kesempatan hadiah bisa disabet orang.

20 komentar:

  1. ketika rasa haus mulai mengganggu,segera saja kubuat secangkir teh manis bersama sepiring pisang goreng untuk menemani istirahat soreku.
    rasa rindu untuk bertemu keluarga harus kupendam sendiri.
    kelamnya malam tidak dapat menggoyahkan keyakinanku untuk memperbaiki kehidupan. aku percaya,dalam doa dan usaha pertolongan dari Tuhan yang maha kuasa akan terasa begitu dekat.

    BalasHapus
  2. Cangkir akan jadi serpih pasir. Membawa rindu pada bumi. Mengasah kelam dalam sunyi. Di pagi buta ini ingin segera aku beranjak, membawa luka membasuhnya dengan karya. Dan aku yakin bahwa aku tak sendiri. Bukalah jendelamu, Cinta. Kita hela napas panjang rasa kesyukuran. Agar semoga sore nanti kita dapat memetik bulir-bulir keringat. Sebab sebentar lagi kita akan kembali, pada-Nya. Lekas siapkan bekal untuk perjalanan kita yang lebih panjang.

    BalasHapus
  3. Caffe ini namanya KELAM RINDU. Terdengar aneh, bukan? Katanya, Caffe ini khusus dibuka bagi orang-orang tersesat di KELAMnya meRINDU. Seperti aku salah satunya. Duduk sendiri dengan secangkir kopi panas--yang sudah mendingin karena dibiarkan terlalu lama. Mendingin karena terlalu lama menumpuk-numpukan rindu akan saat di dekatmu, saat kita tertawa bersama-sama, berbagi cinta.

    BalasHapus
  4. Senja hari ini, aku menikmati secangkir teh hangat di teras rumah sambil memandangi pohon Kersen di halaman. Semakin kulihat, semakin dingin hati ini. Hatiku beku, menahan rindu pada seorang gadis yang hanya bisa kupendam sendiri. Bersua suara lewat telepon, yang katanya membuat yang jauh menjadi dekat, nyatanya malah menambah kerinduanku. "Gadisku, Sofia. Doa ibu selalu menyertaimu, nak," bisikku lirih pada diri sendiri.

    *****

    Ada 4 kata yang dipakai, yaitu: cangkir, rindu, sendiri, dekat.

    BalasHapus
  5. Aku masih terdiam di sudut ruangan usang, penuh debu dan sarang laba-laba ini yang dulu aku dan kamu menyebutnya TOKO KITA, memandangi deretan cangkir yang ada didepanku, yang merupakan karya tangan kita yang dulu senantiasa dilumuri dengan kebahagiaan. Rindu membawa langkah kakiku ke Toko yang membangkitkan semua kenangan indah tentangmu dan tentang kita ini, serasa butir-butir air mata ingin menerobos dari kedua pelupuk mata yang sudah 5 tahun tak menangis bersamamu. andai kau tahu kelam nya hidupku selama 5 tahun ini tanpamu, sendiri menghadapi dunia yang dulu aku selalu bersembunyi dan berlindung di bahu tegap yang setia menjadi tamengku. Aku tersadar kemudian tentang mu yang tak lagi dekat denganku, tapi aku yakin kau Disana ditempat yang berbeda denganku senantiasa melindungi dan mengawasiku. aku tersadar dalam lamunanku tentangmu dan bergegas meninggalkan toko, dan kubisikan kecil pada pigura berukuran sedang yang sekarang berada dalam dekapanku "Perasaanku takkan melindap untukmu Suamiku".

    BalasHapus
  6. Di dekat kabin ada sebuah tempat yang kau namakan danau kebencian. Kau tahu, jika di tempat itu ada banyak cerita kelam. Tentang gelapnya rindu dan ditinggal sendiri oleh seseorang yang kau sayang. Terkadang kau butuh beberapa cangkir untuk menuntaskan emosimu. Kau tak memecahkannya, kau hanya melanghanyutkan benda itu ke danau. Ya, kau pernah tak sengaja membunuh kekasihmu sendiri dengan menusukkan pecahan cangkir itu sampai dia benar-benar hilang nyawa, setelah itu kau buang dia di danau. Bukan sebab, saat itu kau murka karena kekasihmu berselingkuh dengan sahabatmu sendiri.

    BalasHapus
  7. Aku mematung memandang cangkir biru, benda tua yang menguak rindu pada ibu. Dulu setiap senja datang, ibu selalu mengisi benda itu dengan teh hangat untukku. Walau tanpa gula, rasanya tetap manis, dibuat dengan ketulusan hati seorang ibu. Setelah menenguk habis teh istimewa, biasanya aku selalu di dekat ibu. Tak mau jauh, karena tak suka lindap yang mengaburkan pandangan mataku. Ibu hanya bisa isi damar dengan minyak tanah lima ribu, diirit agar bisa untuk beberapa waktu. Kini semenjak ibu pergi ke sisi Sang Pencipta, aku sendiri di malam kelam. Memeluk sepi tanpa pelindungku, ibu.

    BalasHapus
  8. Masih diam tak beranjak dari duduk, lepas pandanganku pada cangkir berwarna cokelat tua di depanku. Sisa bubuk kopi masih berada di dasarnya, seperti kau yang kini tinggal menyisakan kenangan dalam setiap malamku yang kelam. Kau tahu? Rindu itu masih ada. Bahkan kian menggebu begitu sadar tak kan lagi bisa kujumpai kau dalam beberapa waktu. Ah... apa artinya hidup bila kuhanya mendekap malam sendiri, tanpa bisa memandangmu, tanpa bisa mendengar desah merdu suaramu. Dan mungkin lebih baik jika kuputuskan untuk menyusulmu, seiring tetes darah yang kian mengering dalam goresan silet, lima menit yang lalu.

    BalasHapus
  9. Cangkir berisi teh yang kusesap sore ini, kunamakan rindu. Aroma melatinya menggoda, seperti aroma hasratmu. Sendiri di sisa pengharapan yang semakin tak tentu arah, kelam. Walau siluetmu tak lagi dekat, kenanganmu menari lindap di mataku kemudian memeram. Kuminum habis cairan manis di tanganku ini seraya berharap,"Semoga kau kembali setelah aku terlelap,"

    BalasHapus
  10. Malam hampir saja sempurna tenggelam. Aku masih sempat mengintip remang yang malu-malu menggeser langkahnya. Aku mendesah. Sisa rinai hujan mengejek aku yang tengah meringkuk di bawah selimut. Dingin. SeCANGKIR RINDU mengisi keSENDIRIanku pagi ini. Mengiringi kepak mentari yang mulai beranjak dari tidur panjangnya. Aku mengingat seonggok nafas itu laksana memintal sebuah harap. Doa-doa yang bergelayut lembut dalam kalbu telah meminang impian untuk merambah kenyataan. Rabb, aku meRINDUnya karena Engkau. Dan aku berharap jatuh dalam kubang hidupnya karena Engkau. Karena seluruh hidup ini bukan untuk siapa dan mengapa. Selain hanya karena Engkau.

    BalasHapus
  11. Kutuang rindu dalam cangkir hati di antara sesiur hening, bersama kelam dalam sendiri yang tak berujung aku melindap mengerjap untuk jarak yang tak lagi dekat dan tanpa jeda telah kugambar dengan pena keabadian yang kusiarkan bukan pada kabar berita tetapi pada angin dingin dan kuharap membawa cintaku kepadanya yang selalu melarung hatiku dalam sendratari kehidupan. Aku tergugu dalam senja yang merona jingga

    BalasHapus
  12. Sebuah sajian teh hangat dalam cangkir putih bermotif klasik mengantarku dalam jamuan rindu yang kian membuncah tatkala bayang imaji tterus saja melindap dalam otakku. Suasana tak lagi kelam, melainkan merubah rasa dalam hati menjadi begitu syahdu. Seharusnya rindu itu kian meredup dan tergantikan oleh ketenangan. Namun tidak bagiku dan secangkir teh hangat ini. Tindu itu kian dekat di setiap kusesap air bening keemasan itu. Semakin kurasakan sari teh itu, semakin kusadari bahwa kini aku..., sendiri.

    BalasHapus
  13. Kamu melirik arloji untuk yang ke sekian kali dalam tiga jam terakhir. Selama kurun waktu itu pula kamu sudah duduk di sini dengan hanya ditemani beberapa CANGKIR teh melati. Tadinya kamu datang ke tempat ini sambil membawa sebongkah RINDU yang melesak dalam relung jiwamu. Aku tahu kamu kangen padaku yang seharusnya sudah menemuimu tiga jam yang lalu. Kulihat kamu mendesah pertanda kamu menyerah. Dengan gontai kamu bangkit berdiri dan berjalan SENDIRI menembus malam yang KELAM. Aku tak kuasa menahan jatuhnya air mata melihatmu meninggalkan tempat ini tanpa pernah menyadari satu hal. Sedari tadi aku pun ada di sini, begitu DEKAT denganmu hingga aku bisa mencium aroma colognemu. Aku bahkan sudah ada di sini lebih dari tiga jam yang lalu, tepat setelah sebuah mobil menghantam ragaku. Raga yang berjalan terburu-buru karena jiwaku begitu ingin segera menemuimu.

    BalasHapus
  14. Meski hujan telah reda, namun tetap saja membuatku basah oleh genangannya. Dan seperti inikah rasanya hidup KELAM? Sekelabat RINDU itu semakin membuncah dan membuatku ingin muntah karena telah lama menganggungnya di dalam hati. Kupikir, dia yang telah jauh pergi juga membawa kenangan indah tersebut, namun rasa SENDIRI itu semakin dekat dan membuatku semakin terlihat mengenaskan. Seharusnya, tak perlu aku menyambut antusias SECANGKIR harapan yang kau berikan waktu itu, jika pada kenyataannya, aku kembali mengulum luka karenanya.

    BalasHapus
  15. Pernahkah kau mengintip pada dasar cangkir kopi yang menemanimu setiap pagi? Ya..pekat dan kelam. Itulah hatiku dikala sendiri. Lindap ditelan gelap. Rindu ingin kau dekat..

    BalasHapus
  16. Sayang, aku rindu saat-saat mesra kita, ketika kau mengajakku ke rumahmu kali pertama. Aku membayangkan pergumulan, barangkali persetubuhan, tapi kau mengajakku ke pantri dan mengambil lusinan cangkir. Sebagian kau serahkan padaku. "Kita mulai, ya," katamu. Kau melempariku dengan cangkir porselin dan seketika jidatku bocor. Tapi kau tertawa, dan aku melemparmu dengan cangkir sekuat tenaga. Kau mengelak, lalu melempar empat buah bersamaan dan semuanya mendarat di wajahku. Kau tak peduli pada wajahku yang remuk dan harga diriku yang luntur. Awas ya, kataku, dan mengambil setumpuk piring pada rak pengering. Seperti lempar lembing, aku serang dirimu. Dua jam kita berperang dan baru selesai setelah tetangga mendobrak rumah dan membobol jendela. Kini aku sendiri di penjara. Sayang, aku membutuhkanmu.

    BalasHapus
  17. Senja mulai meluruh. Seperti biasa, saat seperti ini aku akan duduk di dekat jendela dan menyiapkan secangkir teh untuknya. Cangkir teh miliknya mulai retak. Namun entah mengapa, aku masih bisa menghirup kepulan rindu yang menguar di sana. Hari ini hari Ibu. Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, aku hanya bisa menatapmu lewat cangkir retak ini hingga tehnya mendingin. Sendiri. Kelam. Tanpa cahaya dari sorot matanya seperti dulu. Bu, maafkan aku yang tak bisa menaklukan jarak untuk bertemu denganmu.

    BalasHapus
  18. Sang surya mulai terbit diiringi suara kokok ayam yang membangunkanku dari bunga tidur indah semalam, aku terdiam sejenak mengingat masa masa kita yang begitu indah, rindu ini hanya perasaan yang sangat tak berarti dimatamu, secangkir cinta yang cukup diberi senyuman dan rasa setia yang cukup manis untuk menunggu rindu ini terbalas, perasaan semakin tak karuan ketika sesosok wanita lain mendekat membuat perasaanmu menjadi lebih tenang,bahagia,dan nyaman dibanding denganku, rindu ini,ya rindu ini,dan rindu ini! Hanya akan kusimpan sendiri.

    BalasHapus
  19. Trims ya untuk yg sdh ikutan #Tanganganmenulis akhir tahun. Dan selamat utk yg terpilih kali ini yaitu : Yusardi Pradana dan Auntumn_season
    silakan inbox/email alamat kamu ke kamiluddinazis@gmail.com

    BalasHapus
  20. Selamat ya buat yg terpilih ...

    BalasHapus