Seni Mengeksplorasi Imajinasi
Susan Barber –seorang pengajar creatice writing di Kanada mengatakan , “Imajinasi adalah pikiran yang melayang-layang, kemudian menembus ke dalam memori, menyentuh emosi, dan menimbulkan persepsi-membentuk sesuatu yang baru sebagai pemicu berkreativitas.”
Macmillan Dictionary mendefinisikan imanjinasi demikian : Tindakan atau kekuatan yang membentuk suatu citra atau gambar dari apa yang tidak pernah ada di tengah-tengah kita. Atau, sesuatu yang hadir pada seseorang, buah dari pemikiran. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), imajinasi dijelaskan sebagai khayalan.
Menurut Simone Weil, filsuf dan penulis dari Perancis, jika seseorang mampu berimajinasi dan ingin menulis sebuah fiksi, berarti dia telah menyelesaikan tiga perempat dari karyanya. Anne Freud,putri tokoh psikoanalisis Sigmund Freud berpendapat bahwa imajinasi itu “ Biji” dari pemikiran kreatif. Fungsinya, selain modal untuk berkarya- menciptakan sesuatu, juga merupakan semacam senjata untuk berprestasi. Imajinasi juga senjata untuk pertahanan hidup yang keras penuh persaingan. Maka dapat disimpulkan, orang-orang yang imajinatif lebih mampu berkreasi daripada orang yang biasa-biasa saja. Imajinasi merupakan modal berprestasi.
Kenzaburo Oe dikenal sebagai pengarang yang banyak menulis tentang kisah-kisah mengenai “harga” martabat manusia. Ia anti perang dan kampanye untuk hal yang tak terpuji itu, ia juga menulis tentang bejatnya manusia yang meninggalkan ajaran moral. Maka, tak heranlah jika karya-karya novelnya yang ditulis dalam bahasa Jepang hampir seluruhnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan beberapa bahasa asing lainnya. Penulis pernah membaca salah satu karyanya yang berjudul An Acho of Heaven.
Seseorang yang merasa sulit berimajinasi dapat melakukan beberapa hal. Michals Duane-fotografer Amerika Serikat memberi saran, “percayalah bahwa suara-suara kecil di kepala anda mengatakan-sesuatu yang menarik, bahkan menakjubkan untuk anda wujudkan dalam bentuk karya.”
Penahkah anda mendengar “suara kecil” itu? Jika anda orang yang selalu sibuk dan sibuk, jarang merenung apalagi berkontemplasi , tentu sulit mendengar “suara kecil” itu. Karena “suara kecil” itu hanya didengar oleh mereka yang peka. Ciri-ciri orang peka berdasarkan teori creative writing adalah : Orang yang bisa melihat apa yang mata tidak bisa melihat. Juga, bisa mendengar apa yang telinga tidak bisa mendengar. Selain itu, bisa merasakan apa yang hati tak bisa merasakan.
C. Mengggugah Imajinasi
Pada dasarnya , semua orang memiliki daya imajinasi –demikian pendapat Ann Freud. Tapi, hanya sedikit orang yang mau menggunakannya secara optimal. Bahkan relatif banyak orang yang membiarkan daya imajinasinya tidur pulas, karena kesibukannya memikirkan hal-hal yang bersifat material –bernilai uang atau kekayaan. Hal ini terjadi karena adanya perubahan dari manusia budaya (cultural man) menjadi manusia ekonomi (homo economicus )-bahkan menjadi binatang ekonomi.
Perubahan tersebut perlahan-lahan tapi pasti mengikis nilai-nilai kemanusiaan, antara lain kepekaannya. Sehingga membuat banyak orang kehilangan perasaan termasuk rasa malu. Jika hal ini dibiarkan, akan menghancurkan peradaban manusia. Hal ini diungkapkan Bronilaw Malonowski dalam bukunya A scientific Theory of Culture. Harapannya, sastrawan mampu mencegah kehancuran tersebut melalui karya-karyanya yang dilandasi daya imajinasi yang kuat sebagai modal berkreativitas.
Untuk meningkatkan daya imajinasi diperlukan beberapa usaha untuk menggugah imajinasi , antara lain dengan cara sebagai berikut :
Dalam proses menulis Sekuntum Ruh dalam Merah, novel yang bernafaskan islami, pengarang membaca buku-buku islami untuk memperkaya kosa kata yang mendukung nafas tersebut. Pengarang membaca sekitar 15 judul buku untuk menopang penulisan novel tersebut.
Buku-buku yang penulis baca antara lain: Ensiklopedia Hadist Masterpiece Nabi Muhammad SAW, Siti Aisyah The Greatest Woman in Islam, Tafsir Asmaaul Husna, 14 Orang Suci, Ta Tahzan, Tafsir Feminis, dan Sejarah Masuknya islam di Australian. Dari buku-buku tersebut penulis memperoleh pengayaan kosa kata.
Pengayaan kosa kata yang diperoleh dari hasil membaca sebaiknya ditulis- khususnya kata-kata yang dianggap penting untuk mewujudkan ide , buah dari berimajinasi.
Susan Barber –seorang pengajar creatice writing di Kanada mengatakan , “Imajinasi adalah pikiran yang melayang-layang, kemudian menembus ke dalam memori, menyentuh emosi, dan menimbulkan persepsi-membentuk sesuatu yang baru sebagai pemicu berkreativitas.”
Macmillan Dictionary mendefinisikan imanjinasi demikian : Tindakan atau kekuatan yang membentuk suatu citra atau gambar dari apa yang tidak pernah ada di tengah-tengah kita. Atau, sesuatu yang hadir pada seseorang, buah dari pemikiran. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), imajinasi dijelaskan sebagai khayalan.
- A. Imajinasi Modal Berprestasi
Menurut Simone Weil, filsuf dan penulis dari Perancis, jika seseorang mampu berimajinasi dan ingin menulis sebuah fiksi, berarti dia telah menyelesaikan tiga perempat dari karyanya. Anne Freud,putri tokoh psikoanalisis Sigmund Freud berpendapat bahwa imajinasi itu “ Biji” dari pemikiran kreatif. Fungsinya, selain modal untuk berkarya- menciptakan sesuatu, juga merupakan semacam senjata untuk berprestasi. Imajinasi juga senjata untuk pertahanan hidup yang keras penuh persaingan. Maka dapat disimpulkan, orang-orang yang imajinatif lebih mampu berkreasi daripada orang yang biasa-biasa saja. Imajinasi merupakan modal berprestasi.
- B. Imajinasi : Suara Kecil yang Membahana
Kenzaburo Oe dikenal sebagai pengarang yang banyak menulis tentang kisah-kisah mengenai “harga” martabat manusia. Ia anti perang dan kampanye untuk hal yang tak terpuji itu, ia juga menulis tentang bejatnya manusia yang meninggalkan ajaran moral. Maka, tak heranlah jika karya-karya novelnya yang ditulis dalam bahasa Jepang hampir seluruhnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan beberapa bahasa asing lainnya. Penulis pernah membaca salah satu karyanya yang berjudul An Acho of Heaven.
Seseorang yang merasa sulit berimajinasi dapat melakukan beberapa hal. Michals Duane-fotografer Amerika Serikat memberi saran, “percayalah bahwa suara-suara kecil di kepala anda mengatakan-sesuatu yang menarik, bahkan menakjubkan untuk anda wujudkan dalam bentuk karya.”
Penahkah anda mendengar “suara kecil” itu? Jika anda orang yang selalu sibuk dan sibuk, jarang merenung apalagi berkontemplasi , tentu sulit mendengar “suara kecil” itu. Karena “suara kecil” itu hanya didengar oleh mereka yang peka. Ciri-ciri orang peka berdasarkan teori creative writing adalah : Orang yang bisa melihat apa yang mata tidak bisa melihat. Juga, bisa mendengar apa yang telinga tidak bisa mendengar. Selain itu, bisa merasakan apa yang hati tak bisa merasakan.
C. Mengggugah Imajinasi
Pada dasarnya , semua orang memiliki daya imajinasi –demikian pendapat Ann Freud. Tapi, hanya sedikit orang yang mau menggunakannya secara optimal. Bahkan relatif banyak orang yang membiarkan daya imajinasinya tidur pulas, karena kesibukannya memikirkan hal-hal yang bersifat material –bernilai uang atau kekayaan. Hal ini terjadi karena adanya perubahan dari manusia budaya (cultural man) menjadi manusia ekonomi (homo economicus )-bahkan menjadi binatang ekonomi.
Perubahan tersebut perlahan-lahan tapi pasti mengikis nilai-nilai kemanusiaan, antara lain kepekaannya. Sehingga membuat banyak orang kehilangan perasaan termasuk rasa malu. Jika hal ini dibiarkan, akan menghancurkan peradaban manusia. Hal ini diungkapkan Bronilaw Malonowski dalam bukunya A scientific Theory of Culture. Harapannya, sastrawan mampu mencegah kehancuran tersebut melalui karya-karyanya yang dilandasi daya imajinasi yang kuat sebagai modal berkreativitas.
Untuk meningkatkan daya imajinasi diperlukan beberapa usaha untuk menggugah imajinasi , antara lain dengan cara sebagai berikut :
- Banyak membaca buku yang bermisikan filsafat, kebudayaan, dan bersifat humanis.
- Melihat berbagai peristiwa yang terjadi di sekitar kita, bahkan peristiwa berlingkup dunia dengan nurani dan mata hati-bukan hanya berdasarkan hukum ekonomi: untung-rugi
- Banyak melakukan traveling-menikmati keindahan dan keajaiban alam yang diciptakan Sang Maha Pencipta
- Mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa melalui ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing.
- Percaya bahwa imajinasi lebih penting dari pada ilmu pengetahuan- seperti yang dikatakan si genius Albert Einstein. Mengapa? Karena ilmu pengetahuan itu terbatas sedangkan imajinasi melingkupi dunia.
- Bagi anda yang berminat menulis novel bernilai, perlu membaca karya-karya novel pengarang yang telah teruji kualitasnya (pengarang nasional dan kelas internasional), karya mereka adalah guru bagi kita.
- D. Mulai dengan Kata : Nafas Sekuntum Ruh dalam Merah
Dalam proses menulis Sekuntum Ruh dalam Merah, novel yang bernafaskan islami, pengarang membaca buku-buku islami untuk memperkaya kosa kata yang mendukung nafas tersebut. Pengarang membaca sekitar 15 judul buku untuk menopang penulisan novel tersebut.
Buku-buku yang penulis baca antara lain: Ensiklopedia Hadist Masterpiece Nabi Muhammad SAW, Siti Aisyah The Greatest Woman in Islam, Tafsir Asmaaul Husna, 14 Orang Suci, Ta Tahzan, Tafsir Feminis, dan Sejarah Masuknya islam di Australian. Dari buku-buku tersebut penulis memperoleh pengayaan kosa kata.
Pengayaan kosa kata yang diperoleh dari hasil membaca sebaiknya ditulis- khususnya kata-kata yang dianggap penting untuk mewujudkan ide , buah dari berimajinasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar